Tidak selalu mudah mengenali potensi dan bakat unik yang kita
miliki, dan barang siapa mengatakan hal sebaliknya pastilah sedang menipu diri
sendiri. Sebagian orang bahkan tidak pernah sampai ke tahap penemuan potensi
dan bakat uniknya hinggga akhir hayat. Sebagian lagi baru menyadari potensi dan
bakat uniknya setelah
berusia lanjut, atau setelah mengalami berbagai krisis dan badai dalam kehidupan mereka. Karena itu, jika ada orang Indonesia yang berhasil menemukan bakat uniknya saat sekolah dasar, dan berhasil mengembangkannya hingga memecahkan rekor dunia, pastilah ia pantas menjadi guru kita.
berusia lanjut, atau setelah mengalami berbagai krisis dan badai dalam kehidupan mereka. Karena itu, jika ada orang Indonesia yang berhasil menemukan bakat uniknya saat sekolah dasar, dan berhasil mengembangkannya hingga memecahkan rekor dunia, pastilah ia pantas menjadi guru kita.
Belajar dari Lie Fen
Ia hanya alumnus kursus pembuat kue yang belum berpengalaman saat
mendapat pesanan untuk membuat kue tiga tingkat dari temannya. Dan ia bersedia
memenuhi pesanan itu, tanpa minta bayaran, kecuali minta disediakan
bahan-bahannya. Keberhasilan itu membuatnya keranjingan, baik membuat kue atau
mengajar teman-teman sebayanya melakukan hal yang sama. Ia juga merasa pintar
menghias kue, sehingga kue yang padatnya kayak dodol dapat ditampilkan dengan
dekor bagus. Ayahnya tidak setuju dengan hobi "nyentrik" anak remaja
itu. Karenanya ia mengembangkan bakatnya secara diam-diam. Ikut kursus
diam-diam dan membuat kue di rumah tetangga dilakukannya selama bertahun-tahun.
Suaminya pun baru mengetahui bahwa istrinya suka membuat kue dan memasak
setelah mereka menikah. Ia memang baru terang-terangan terjun ke bisnis kue
setelah menikah. Sekalipun ia tahu betul tentang potensi uniknya itu, dan telah
mengajar ratusan temannya membuat dan mendekor kue, Lie Fen alias Nilasari
masih merasa perlu mengikuti kursus dekorasi kue. Dan tidak tanggung-tanggung,
ia pun berguru di Wilson, Chicago. Pulang dari Negeri PamanSam, ia memasang
iklan dan mengajar banyak orang membuat ratusan jenis cake, dekorasi kue dan
katering. Dalam sehari ia mengajar empat kelas kursus, dimana setiap kelas
diikuti sampai 20 peserta. Untuk membuat kue biaya kursusnya sekitar Rp
47.500,00 per orang, sementara tarif kursus katering Rp 395.000,00 per orang.
Dari sinilah penghasilan terbesarnya diperoleh. Siswanya bahkan ada yang datang
dari Italia, Hong Kong dan Malaysia. Nilasari membuat ayahnya terkagum-kagum,
takjub menyaksikan kue-kue raksasa bikinan putrinya, antara lain Kue Natal
setinggi 13 meter. Ia juga pernah membuat dan mengantar kue pengantin 9 tingkat
untuk pernikahan anak Robby Tjahyadi di Singapura. Sementara perusahaan rokok
di Kediri pernah pesan kue tart 6 tingkat setinggi 1,20 meter. Bukan cuma sang
ayah, dunia juga dibuat kagum ketika ia memamerkan Kue Kebun di Balai Sidang,
Jakarta. Kue dengan hiasan pohon kelapa setinggi 5 meter di bagian tengahnya
itu, menjadi kue terbesar di dunia, sehingga nama Nilasari dicantumkan dalam
Guinness Book of Records. Ia pun dinobatkan menjadi Ratu Kue Dunia dari
Indonesia. "Tiap orang ditakdirkan mempunyai karakter masing-masing,
menjadi orang yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain, dan
mengerjakan yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain,"
demikian kata William Ellery Channing. Dan itulah yang dicontohkan dengan baik
oleh Nilasari. Namanya telah menjadi jaminan mutu di bidang yang ditekuninya
itu. Ia telah membuat sebuah perbedaan.
Empat Pertanyaan Penolong
Nilasari mungkin tidak pernah membaca karya D.O. Clifton dan P.
Nelson, Soar with Your Strengths, sebab buku itu baru terbit di New York tahun
1992. Namun ia dengan mudah dapat memberikan jawaban terhadap empat pertanyaan
dalam buku tersebut, yang berguna untuk menolong orang-orang mengenai potensi
dan bakat unik mereka.
Empat pertanyaan tersebut adalah:
1. Bidang kegiatan apa yang sangat memikat hati Anda?
2. Bidang kegiatan apa yang memberikan kepuasan batin sangat
mendalam?
3. Bidang kegiatan apa yang terasa sangat mudah Anda
pelajari?
4. Bidang kegiatan apa yang membuat Anda seakan-akan menyatu
dengannya?
Bagi Nilasari, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah membuat kue dan mengajar orang membuat kue, memasak dan memberikan
kursus katering. Itulah bidang yang menawan hatinya, memberikan kepuasan batin
luar biasa, yang dengan mudah dipelajarinya, dan membuatnya seolah-olah menyatu
sehingga mudah lupa waktu. Di bidang tersebut, Nilasari mengalami apa yang saya
sebut sebagai "percumbuan dengan kekekalan". Istri Andiwijaya ini
mungkin tidak menyadari sepenuhnya bahwa
mengajar dan membuat kue adalah cara yang dipilihnya untuk
mengekspresikan jiwanya kepada dunia. Ia "hanya" berusaha memenuhi
panggilan hatinya. Bila sampai hari ini ia masih mengajar dan membuat kue, hal
itu bukan sekadar untuk mencari nafkah. Kehadiran Nilasari di muka bumi telah
membuat dunia tak pernah lagi sama seperti sebelumnya. Anda juga dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk menemukan potensi dan bakat unik yang
dikaruniakan Tuhan dalam diri Anda. Cobalah menelusuri bidang kegiatan apa saja
yang benar-benar Anda nikmati saat melakukannya. Perhatikanlah dalam kegiatan
apa sajakah Anda sering kali lupa waktu bila sedang melakukannya. Apa yang
relatif mudah Anda pelajari dibanding rekan-rekan Anda? Dalam hal apa saja
rekan-rekan Anda sering belajar dari Anda? Lalu pikirkanlah apa sebenarnya
bakat dan potensi unik Anda itu. 1/10.000 dan Kecerdasan Emosional Pentingnya
mengenal potensi dan bakat unik tercermin dari opini para pakar yang mengatakan
bahwa rata-rata seorang dewasa hanya menggunakan sekitar 10% potensi
kecerdasannya. Bahkan A. Winter dan R. Winter, penulis Build Your Brainpower, mengatakan
bahwa rata-rata seorang dewasa hanya menggunakan dengan sungguh-sungguh
1/10.000 dari potensi kecerdasannya selama hidup. Artinya, sebagian besar
potensi kecerdasan manusia dibawa ke liang kubur tanpa pernah dipergunakan.
Kegagalan memanfaatkan potensi kecerdasan, antara lain disebabkan oleh
pemutlakan dan pendewaan IQ. Ironisnya, penemuan mutakhir menunjukkan bahwa IQ
hanya berhubungan dengan 4% keberhasilan di dunia nyata. Lebih dari 90%
keberhasilan berhubungan dengan bentuk-bentuk kecerdasan lain di luar IQ.
Daniel Goleman mengidentifikasikan kecerdasan tersebut sebagai kecerdasan
emosional (Emotional Intelligence, EQ). Menemukan kompas batin dan mengenali
potensi unik pribadi Anda tidak berhubungan dengan IQ, tetapi lebih erat
kaitannya dengan EQ. Hal ini amatlah mungkin menentukan 90% keberhasilan Anda.
Perjuangan dan usaha yang bagaimanapun sulitnya merupakan hal yang layak. Tentu
saja bila Anda ingin membuat sebuah perbedaan di dunia ini. Tiga Komitmen dan
Tiga Pertanyaan Penting Dalam karya berjudul The 7 Spiritual Laws os Success,
Deepak Chopra mengatakan bahwa bila Anda hendak memanfaatkan sepenuhnya Kaidah
tentang Darma atau "tujuan hidup", maka ada tiga komitmen yang perlu
Anda penuhi. Komitmen pertama adalah: Aku akan mencari jatidiriku yang lebih
tinggi, yang berada di luar jangkauan egoku, dengan cara latihan spiritual.
Komitmen kedua adalah: Aku akan mencari bakat-bakat unikku, dan setelah
menemukannya aku akan senang, karena proses kesenangan berlangsung apabila aku
memasuki keadaan sadar yang tidak mengenal perhitungan waktu. Saat itu aku
berada dalam keadaan penuh rahmat. Inilah yang saya maksudkan "bercumbu
dengan kekekalan". Komitmen ketiga adalah: Aku akan bertanya kepada diri
sendiri tentang cara terbaik untuk berbakti demi umat manusia. Aku akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu lalu mempraktikkannya. Aku akan membaktikan
bakat-bakat unikku untuk memenuhi kebutuhan sesama manusia; aku akan
menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan itu dengan hasratku untuk membantu dan
berbakti demi orang lain. Sejalan dengan saran Chopra, Stephen Covey selalu
mengajukan tiga pertanyaan untuk menolong peserta program pelatihan yang
dipimpinnya dalam proses merumuskan pernyataan misi hidup pribadi mereka, saya
menyebutnya "kompas batin". Pertanyaan pertama adalah: Apakah yang
ingin Anda miliki (to have) dalam hidup? Cobalah membuat daftar khusus untuk
menjawab pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya. Pertanyaan kedua: Bila Anda
telah memilikinya apa yang ingin Anda lakukan (do) dalam hidup Anda? Ya. Bila uang
bukan masalah lagi dan Anda memiliki waktu dan harta sebanyak-banyaknya, apakah
yang akan Anda lakukan waktu itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan membawa
Anda pada bidang kegiatan yang sesuai dengan panggilan jiwa Anda. Itulah bidang
kegiatan yang perlu Anda kembangkan dengan ketekunan tanpa henti. Itulah bidang
kegiatan yang akan mampu membawa kebahagiaan sejati bagi diri Anda. Bila Anda
hanya melakukan sesuatu pekerjaan sekadar untuk mencari nafkah, maka Anda tidak
akan pernah sampai pada kebahagiaan sejati selama hidup Anda. Pertanyaan
ketiga: Ingin menjadi manusia macam apa Anda kelak (be)? Tuliskanlah ciri-ciri
dan karakter macam apa yang ingin Anda bangun dalam hidup Anda. Gajah mati
meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati
meninggalkan nama (karakter). Pertanyaan versi Covey dan komitmen anjuran Copra
merupakan alat bantu untuk menemukan kompas batin kita. Dan keduanya tidak
menjanjikan hasil instan. Beberapa orang memerlukan belasan hingga puluhan
tahun untuk dapat menemukan kompas batinnya. Tidak ada jalan pintas. Membangun
Karakter dan Kecerdasan Emosional Saya setuju dengan apa yang pernah
disampaikan oleh Jim Rohn, filosof bisnis yang menjadi bagian dari tim
eksekutif puncak di kantor pusat Herbalife International. Dalam ceramah
berjudul Cultivating an Unshakeable Character, Jim mengatakan, "Karakter
bukanlah sesuatu yang merupakan bawaan lahir seperti halnya sidik jari kita.
Karakter dibentuk oleh ratusan pilihan atau keputusan yang kita buat dalam
proses menjadi diri yang kita cita-citakan (who we want to be)". Pilihan
atau keputusan menyangkut setiap peristiwa sehari-hari, baik atau buruk,
menyenangkan atau mendukakan. Pilihan dan keputusan tersebut, antara lain,
menunjukkan jawaban pribadi kita tentang pertanyaan-pertanyaan terpenting,
yakni: Apakah tujuan hidup atau darma kita? Apakah potensi dan bakat-bakat unik
yang "dititipkan" Sang Khalik kepada kita untuk dikembangkan?
Danbagaimanakah kita memberikan diri kita untuk menjadi bakti bagi sesama, nusa
dan bangsa, dunia dan bagi kemanusiaan? Menemukan panggilan hidup atau kompas
batin dan mengenali potensi unik diri Anda adalah cara menjadi cerdas secara
emosional, sekaligus cara yang paling efektif untuk membangun karakter, serta
menjalankan kehidupan yang berpusatkan pada prinsip dan bukan pada
rangsangan-rangsangan (stimulus) sesaat di sekitar kita (yang disebut Covey
sebagai orang reaktif). Proses mengembangkan kecerdasan emosional dan membangun
karakter ini tidak pernah sekali jadi atau instant. Proses ini memerlukan tidak
saja waktu, tetapi juga komitmen, kesediaan menerima tanggung jawab, dan
keberanian untuk mengambil inisiatif serta memilih sikap positif secara
terus-menerus.
Kegiatan Mengisi Waktu Luang
Cara lain untuk mengenai potensi dan bakat unik Anda adalah dengan
memperhatikan kegiatan yang Anda pilih untuk menggunakan atau mengisi waktu
luang. Umumnya kita memilih untuk hanya melakukan hal-hal yang kita senangi.
Mengutak-atik alat-alat elektronik, memelihara burung, bercocok tanam, berolah
raga, membaca, traveling, window shoping (melihat-lihat barang di mal tanpa
rencana membeli produk tertentu), memanjakan lamunan, atau menulis, adalah
beberapa contoh yang banyak dipilih orang. Apa pun pilihan Anda, kegiatan
tersebut umumnya didasari oleh kesenangan yang mendalam. Hal ini dapat berarti
bahwa kegiatan tersebut berkaitan dengan potensi dan bakat unik Anda yang masih
tersembunyi. Anda hanya perlu memetakan dan menganalisis kegiatan tersebut
dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana sebagai berikut: Mengapa saya
senang melakukannya? Apakah dengan melakukan hal-hal ini saya mendapatkan
kesegaran jiwa dan kepuasan batiniah yang mendalam? Sikap, pengetahuan dan
keterampilan apa yang diperlukan untuk dapat melakukannya? Apakah saya dengan
mudah melakukannya tanpa harus belajar kepada siapa pun secara khusus? Adakah
orang yang akan bersedia membayar saya untuk melakukan hal-hal yang saya
senangi ini ? Dapatkah hal ini dikembangkan menjadi sumber nafkah sehari-hari?
Apakah saya selalu rindu mendapatkan lebih banyak waktu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan semacam ini?
Refleksi Pribadi: Gali dan Kenalilah Terus
Josep
Campbel pernah mengatakan, "Anda mungkin sudah berhasil dalam hidup,
tetapi coba tanyakan kepada diri sendiri, hidup macam apa yang Anda jalani? Apa
yang bagus bila Anda tidak pernah melakukan sesuatu yang sangat Anda kehendaki
selama hidup atau pergi ke tempat yang paling diinginkan oleh hati dan jiwa
Anda. Bila Anda menemukan perasaan tersebut jangan dilepaskan, dan jangan
membiarkan siapa pun memaksa Anda melepaskan perasaan itu." Melakukan apa
yang menjadi garis hidup Anda, panggilan jiwa Anda, adalah hal yang terpenting
dalam hidup ini. Dan untuk mulai melakukannya, George Elliot mengatakan,
"Tidak ada istilah terlambat." Anda mungkin bukan manusia muda lagi
ketika akhirnya mampu menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Covey di
atas. Anda mungkin tidak seberuntung Nilasari, yang menemukan potensi dan bakat
uniknya di usia yang relatif dini, dan berani mengembangkannya, sekalipun harus
sembunyi-sembunyi dari ayahnya. Namun Anda tidak perlu berkecil hati. Mulailah
sekarang. Tak ada kata terlambat untuk itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar