Apakah Anda mempunyai masalah dalam meyakinkan manajer agar
mempercayai ide-ide Anda? Apakah setiap gagasan yang Anda kemukakan tidak
diminati atasan? Jika masalah tersebut terjadi, Anda harus mempertanyakan
kemampuan Anda dalam mengkomunikasikan gagasan. Artinya, Anda harus mengakui
bahwa Anda telah gagal mengelola atasan. Mengelola atasan, menurut Teri R.
Fisher, presiden dan CEO konsultan manajemen Insight Strategies Inc., merupakan
strategi bekerja untuk menyatukan gaya dan tujuan atasan
dengan Anda. Dengan kata lain, Anda perlu bicara dengan bahasa yang sama dan berfokus pada masalah yang menjadi perhatian orang yang ingin Anda pengaruhi. Hal tersebut merupakan inti kesuksesan karier di manapun posisi Anda dalam perusahaan, dan seberapapun tingginya posisi Anda. Dalam kehidupan sehari-hari, Anda dapat menjumpai atasan atau bawahan Anda yang sulit berhubungan dan mempengaruhi orang lain. Hubungan komunikasi dalam hal ini dipengaruhi oleh gaya personal masing-masing. Hubungan profesional antara atasan dan bawahan kerap kali mengalami hambatan karena gaya dan kepribadian yang berbeda. Direktur yang visioner dan kreatif mungkin akan menemui sedikit kesenjangan dengan manajer yang logis. Seorang visioner melihat sesuatu dalam wilayah abu-abu, fokus ke tujuan, bergerak cepat, dan selalu ingin menjadi nomor satu. Ketika mendengar presentasi, dia tidak begitu suka berkubang dalam detail. Dia menginginkan garis atas dan bawah, tanpa penjelasan panjang lebar mengenai bagaimana konsep itu diwujudkan. Bawahan harus mempunyai kerangka ide yang positif. Tidak ada istilah "tidak bisa" bagi seorang visioner. Sementara sang manajer yang logis sangat berbeda. Dia lebih menyukai banyak data dan fokus pada proses, metodologi, dan hati-hati menggali masalah, melihat sesuatu hitam-putih, dan kata benar atau salah. Ketika mendengar ide, dia akan bertanya "siapa", "apa", "mengapa", "di mana", dan "bagaimana" karena keinginanannya untuk memperoleh banyak informasi. Dapat dengan mudah dilihat bahwa keduanya mempunyai masalah dalam berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menyelamatkan pekerjaan, manajer perlu mendefinisikan dan memahami gaya direkturnya. Manajer sebagai bawahan dengan cerdik harus memahami atasan. Kompromikan gaya Anda hingga akhirnya bisa lebur dengan gaya orang lain. "Mengelola hubungan itu kedengarannya sederhana, tapi para manajer, atau semua orang, perlu belajar konsep dasar ini," kata Richard L. Knowdell, pengarang buku Building a Career Development Program: Nine Steps for Effective Implementation. Beberapa manajer hanya memperhatikan hubungannya dengan atasan. Padahal, manajer yang sukses akan menaruh perhatian pada semua arah, atas dan bawah. Jika Anda hanya memperhatikan ke bawah, Anda tidak dapat membela tim. Sementara, jika Anda ke atas, bawahan Anda akan beranggapan bahwa Anda tidak peduli mereka.
dengan Anda. Dengan kata lain, Anda perlu bicara dengan bahasa yang sama dan berfokus pada masalah yang menjadi perhatian orang yang ingin Anda pengaruhi. Hal tersebut merupakan inti kesuksesan karier di manapun posisi Anda dalam perusahaan, dan seberapapun tingginya posisi Anda. Dalam kehidupan sehari-hari, Anda dapat menjumpai atasan atau bawahan Anda yang sulit berhubungan dan mempengaruhi orang lain. Hubungan komunikasi dalam hal ini dipengaruhi oleh gaya personal masing-masing. Hubungan profesional antara atasan dan bawahan kerap kali mengalami hambatan karena gaya dan kepribadian yang berbeda. Direktur yang visioner dan kreatif mungkin akan menemui sedikit kesenjangan dengan manajer yang logis. Seorang visioner melihat sesuatu dalam wilayah abu-abu, fokus ke tujuan, bergerak cepat, dan selalu ingin menjadi nomor satu. Ketika mendengar presentasi, dia tidak begitu suka berkubang dalam detail. Dia menginginkan garis atas dan bawah, tanpa penjelasan panjang lebar mengenai bagaimana konsep itu diwujudkan. Bawahan harus mempunyai kerangka ide yang positif. Tidak ada istilah "tidak bisa" bagi seorang visioner. Sementara sang manajer yang logis sangat berbeda. Dia lebih menyukai banyak data dan fokus pada proses, metodologi, dan hati-hati menggali masalah, melihat sesuatu hitam-putih, dan kata benar atau salah. Ketika mendengar ide, dia akan bertanya "siapa", "apa", "mengapa", "di mana", dan "bagaimana" karena keinginanannya untuk memperoleh banyak informasi. Dapat dengan mudah dilihat bahwa keduanya mempunyai masalah dalam berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menyelamatkan pekerjaan, manajer perlu mendefinisikan dan memahami gaya direkturnya. Manajer sebagai bawahan dengan cerdik harus memahami atasan. Kompromikan gaya Anda hingga akhirnya bisa lebur dengan gaya orang lain. "Mengelola hubungan itu kedengarannya sederhana, tapi para manajer, atau semua orang, perlu belajar konsep dasar ini," kata Richard L. Knowdell, pengarang buku Building a Career Development Program: Nine Steps for Effective Implementation. Beberapa manajer hanya memperhatikan hubungannya dengan atasan. Padahal, manajer yang sukses akan menaruh perhatian pada semua arah, atas dan bawah. Jika Anda hanya memperhatikan ke bawah, Anda tidak dapat membela tim. Sementara, jika Anda ke atas, bawahan Anda akan beranggapan bahwa Anda tidak peduli mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar