Bergaullah dengan Tulus, Tidak Egois


Tidak dapat dipungkiri, bahwa pergaulan yang sukses, adalah bagaimana Anda bisa 'mempresentasikan' diri Anda di dalamnya. Karena itu kita tidak boleh lupa bahwa orang yang kita ajak bicara, juga butuh diberi kenyamanan. Sudah satu jam lebih Sully mendengarkan celotehan Andri, staf marketing baru di kantornya. Andri yang berpenampilan lumayan dan pembawaannya menyenangkan memang tak sulit memancing orang untuk mendekati dan mengobrol dengannya. Sepanjang percakapan dengan Sully, Andri tampak bersemangat dan
terus berceloteh. Apa komentar Sully setelah itu. "Awalnya, dia memang seperti orang yang menyenangkan diajak mengobrol. Tapi kalau sudah berbincang dengannya, kamu akan sadar kalau dirimu hanya dijadikan obyek kesombongan," keluhnya. Apakah yang dibicarakan Andri semua tentang kehebatannya? "Ternyata tidak, hanya saja ia merasa bahwa ceritanya adalah yang paling menarik. Dia tidak pernah berpikir bahwa orang lain, si pendengar, perlu diposisikan sebagai orang yang juga butuh diberi kenyamanan. Sungguh, setelah lima belas menit mendengar celotehannya, yang kupikirkan adalah ingin secepatnya pergi dari situ!" ujar Sully. Anda punya banyak teman, aktif dalam pergaulan? Siapapun tak bisa memungkiri bahwa kunci sukses berkecimpung dalam pergaulan adalah bagaimana Anda bisa 'mempresentasikan' diri Anda di dalamnya. Presentasi di sini jangan disalah artikan. Karena ini bukan sekadar bagaimana cara Anda berpenampilan, tapi juga, yang terpenting, adalah bagaimana cara Anda bertukar pikiran. Richard Carlson, Ph.D. mengatakan dalam bukunya yang berjudul Don't Sweat the Small Stuff bahwa seringkali seorang 'pembicara' yang aktif melupakan batas toleransi kenyamanan pendengar. Kenapa bisa begitu? "Karena mereka (pembicara) hanya melulu memikirkan bagaimana supaya dirinya terlihat hebat, punya daya tarik dan mampu membuat orang lain terdiam," kata Carlson. Ego untuk bisa seperti itu begitu menguasainya, sehingga ia lupa, bahwa tolak ukur keberhasilan seorang pembicara adalah juga bila si pendengar merasa happy dan nyaman setelah berbincang dengannya. Menurut Carlson, hampir setiap orang lebih menyukai pembicara yang bersikap tulus daripada pembicara yang mengeluarkan kalimat-kalimat dengan egonya. Seseorang yang menampilkan diri dengan baik di pergaulan, biasanya mengerti respon apa yang diharapkannya setelah ia berbicara. Ia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan buruk di kalangan teman-temannya, ia juga tidak ingin menjadi bahan kecemburuan teman-temannya. Selain itu ia tak ingin dipandang sebagai seorang yang tinggi hati, sebaliknya juga tak mau dianggap remeh oleh rekan-rekannya. Untuk bisa menjaga respon baik dari pergaulan, memang perlu ada semacam penyeimbangan dalam berbicara. Ada cara yang aman jika Anda merasa ingin menyampaikan sesuatu tentang diri Anda, entah itu prestasi, pengalaman, kesialan atau apapun. Yaitu dengan menempatkan diri Anda seperti seorang pendengar! "Anda akan tahu kapan pendengar Anda merasa bosan, jemu, tersudut, atau bahkan juga muak, jika Anda mengerti perasaan mereka," tulis Carlson. Ada banyak orang yang sering merasa tak tahan godaan untuk menunjukan kehebatan diri lewat percakapan. Ada banyak orang yang tak bisa menahan diri untuk selalu jadi bintang dalam percakapan. Tapi tatkala upaya-upaya itu sudah menyudutkan orang, maka Anda bukan orang yang sukses dalam pergaulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar